Iklimini dapat dijumpai pada wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara seperti Indonesia. 2. Iklim Subtropis. Iklim subtropis banyak ditemukan di wilayah Asia Timur seperti Hongkong dan Kepulauan Samudera Pasifik. Wilayah dengan iklim ini biasanya memiliki suhu sangat tinggi saat musim panas, namun akan menjadi sejuk saat musim dingin. 3.
Daribeberapa wilayah yang ada di Babel, hanya Kabupaten Bangka Tengah yang telah diketahui mencanangkan program konservasi pohon pelawan guna keberlanjutan dan pemanfaatannya (Akbarini, 2016
Hutantaiga biasanya disebut sebagai hutan boreal karena banyak di sekitaran kutub. Hutan taiga juga dikenali sebagai bioma teresterial yang paling luas di bumi. Untuk memahami jenis hutan taiga lebih dalam, simak penjelasan mengenai pengertian, jenis flora dan fauna, serta ciri-ciri hutan taiga di bawah ini.
Bahkannegara-negara kawasan ASEAN memiliki hasil pertanian yang mempunyai nilai tinggi di dunia. Hal ini dibuktikan dengan 6 negara kawasan Asia Tenggara yang menjadi lumbung padi, yakni Thailand, Vietnam, Myanmar, Laos, Filipina, dan Indonesia. Di Indonesia sendiri, tingkat produktivitas beras cukup tinggi hingga masuk daftar negara lumbung padi.
Biomataiga merupakan bioma terluas dibandingkan dengan bioma-bioma lainnya yang ada di bumi. Dikutip dari Encyclopedia Britannica, 17 persen daratan bumi merupakan jenis bioma ini. Samadi dalam buku Geografi SMA Kelas XI, mengungkapkan bahwa kata "taiga" berasal dari bahasa Rusia yang berarti hutan gelap yang misterius.
Dalamjenis lebih kecil juga ditemui di Australia serta India bagian selatan. Setidaknya ada 200-300 jenis hoya tumbuh di dunia di mana 25 persennya atau sekitar 50--60 jenis terdapat di Indonesia, India (39 jenis), Thailand (32 jenis), dan Malaysia (25 jenis). Di Indonesia, tanaman ini banyak dijumpai di Pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Papua.
. Web server is down Error code 521 2023-06-15 075644 UTC What happened? The web server is not returning a connection. As a result, the web page is not displaying. What can I do? If you are a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you are the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not responding. Additional troubleshooting information. Cloudflare Ray ID 7d79421c2ff10b70 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
- Hutan merupakan suatu kawasan yang ditumbuhi dengan lebat pepohonan dan tumbuhan. Hutan juga sebagai tempat tinggal dari berbagai jenis hewan mulai mamalia, reptil, hingga burung. Kawasan-kawasan luas tersebut banyak ditemukan di seluruh dunia. Bahkan ada yang dijadikan sebagai hutan lindung dan untuk hutan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, hutan adalah tanah luas yang ditumbuhi pohon-pohon dan biasanya tidak dipelihara orang. Tumbuhan yang tumbuh di atas tanah yang luas biasanya berada di wilayah pegunungan. Baca juga Heboh Harimau di Kampus Unsri, BKSDA Sumsel Ternyata Jejak Kaki Babi Hutan Dalam Undang-Undang UU Nomor 14 Tahun 1999 tentang Kehutananan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat Encyclopaedia Britannica 2015, hutan merupakan sistem ekologi yang kompleks di mana pohon merupakan bentuk kehidupan yang dominan. Hutan yang didominasi pohon dapat tumbuh di mana saja dengan suhu di atas 10 derajat celsius dan curah hujan tahunan. Dalam hutan tidak hanya ada pohon, tapi juga terdapat jenis tanah, tanaman, dan kehidupan binatang yang dapat hidup dan berkembang. Mereka akan saling membentuk ekosistem hutan. Ekosistem hutan memiliki hubungan yang komplek, pohon dan tumbuhan menggunakan cahaya matahari dan karbon dioksida untuk membuat makanan. Karbon dioksida tersebut diambil dari udara, ditambah air serta unsur hara nutrisi yang dibutuhkan tanaman dan mineral yang diserap dari dalam tanah.
Hutan tulen di Bojonegoro, Jawa Timur Pangan lugu merupakan seikhwan wana yang dominan ditumbuhi maka dari itu pohon jati Tectona grandis. Di Indonesia, hutan jati terutama didapati di Jawa. Akan hanya kini juga telah menyebar ke bermacam-macam daerah seperti di pulau-pulau Muna, Sumbawa, Flores dan bukan-lain. Hutan bersih merupakan hutan yang tertua pengelolaannya di Jawa dan juga di Indonesia, dan salah suatu jenis hutan yang terbaik pengelolaannya. Asli atau prolog [sunting sunting sumur] Sejarah Pengelolaan [sunting sunting mata air] Pengelolaan Waktu ini [sunting sunting mata air] Lihat sekali lagi [sunting sunting sumber] Rujukan [sunting sunting sumber] Jenis Hutan Yang Dapat Dijumpai Di Negara Myanmar Yaitu Asli atau prolog [sunting sunting sumur] Para ahli altona, 1922; Charles, 1960 menduga bahwa lugu di Jawa dibawa oleh orang-khalayak Hindu bermula India pada intiha zaman hindu semula abad X1V, sebatas sediakala abad XVI. Akan belaka beberapa ahli yang bukan menyangkal, dan menyatakan bahwa tak cak semau alasan yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa jati tidak tumbuhan ceria Jawa Whitten dkk., 1999. Hipotesis introduksi jati dari india ke jawa mutakadim barang pasti berat dihindari, mengingat sifat kayunya yang sejak ratusan tahun sangat dikenal, sehingga mutakadim barang tentu basyar sangat berperanan signifikan terutama dalam penyebarannya yang terbaru. Padahal menurut Peluso 1991, ketika pedagang belanda mendarat di jawa pada pertengahan abad XVII, mereka menemui tegakan jati campuran atau bahkan tegakan jati hampir nirmala nan terpajang berabad-abad kilometer di bagian paruh pulau jawa. Bila hipotesis introduksi suci berpokok india dibenarkan, maka introduksi tersebut telah berlantas plong zaman yang lebih bersejarah, paling tak sekitar abad VI, adalah ketika pergantian kebudayaan antara India dan Indonesia berlangsung sangat lestari. Belaka tak ada catatan sejarah yang mengencangkan dugaan itu. Dipihak lain hipotesis introduksi asli bermula India ke Jawa juga menimbulkan pertanyaan nan jarang dijawab terutama tentang diketemukannya populasi nirmala alam di sejumlah pulau terpencil di Indonesia sebagaimana di Madura, Muna, dan ketidakhadirannya di pulau pulau lain selain di jawa padahal pulau – pulau tersebut Sumatera misalnya juga berlaku berarti dalam jongkong migrasi manusia antara India, Thailand, Kambodia, China, Jepang. Berdasar itu Gartner 1956 meragukan presumsi Altona, demikian pula Troup 1921 yang menghadap mengganggap bahwa keberadaan jati di Jawa dan beberapa pulau di indonesia adalah Kertadikara 1992 yang mempelajari keragaman genetika beberapa populasi jati India, Jawa dan Thailand dengan menggunakan isoenzym serta data morfologi, menunjukkan bahwa populasi jati dari India memiliki struktur genetika habis spesial yang jauh berbeda dengan populasi jati Jawa dan Thailand. Sementara struktur genetika populasi jati Thailand bertambah damping dengan struktur genetika populasi jati Jawa. Hasil pengkhususan tersebut menunjukkan bahwa pertama populasi ceria India telah sejak lama terisolasi secara geografi berasal populasi-populasijati lainnya. Kedua, bila hipotesis introduksi jati semenjak india ke Jawa dibenarkan, hendaknya akan terlihat kekariban struktur genetika antara populasi Jawa dan India. Berdasar itu Kertadikara 1992cenderung pada postulat migrasi alami zakiah pecah pusat penyebaran alaminya di daratan asia tenggara yang kemungkinan raksasa terdapat di Myanmar, memperalat pulau ke pulau yang menghubungkan daratan asia dengan kepulauan indonesia pada zaman pleistocene. Hubungan antra daratan asia dan kepulauan indonesia tersebut dimungkinkan akibat penjatuhan permukaan air laut selingkung 100 hingga 120 m lebih kurang dibanding permukaannnya sekarang. Temporer keberhasilan instalasi jati di jawa dan beberapa pulau lainnya tergantung sepenuhnya sreg kebutuhan klimatik dan edafik, yang menyebabkan penyebaran alami jati berperangai terputus-kudung. Sejarah Pengelolaan [sunting sunting mata air] Sejauh ini, ki kenangan mencatat bahwa pada masa lampau, sebelum VOC menclok ke Jawa, para bupati telah memberikan upeti kepada yamtuan-raja kerumahtanggaan rancangan glondhong pengareng-areng. Demikian pula, ketika itu telah ada semacam jabatan yang disebut juru wana alias juru pengalasan wana, alas bahasa Jawa berarti wana. Lega abad ke-16 diketahui telah terserah hutan steril nan dikelola baik di sekitar Bojonegoro, Jawa Timur, kerjakan kepentingan pembuatan gedung-bangunan, benteng dan kapal-kapal. Hingga dengan awal abad ke-19, VOC terus memperluas penguasaannya atas rimba-hutan jati di bagian utara Jawa Paruh dan Jawa Timur. Meskipun mutakadim menguasai jenggala jati selama tiga abad, boleh dikatakan belum ada pengelolaan wana jati yang baik pada saat itu. VOC kian banyak mengatur penebangan dan pengamanannya, buat kepentingan pembuatan kapal-kapal dagang dan gedung lainnya. Bibit buwit manajemen pangan di Indonesia Saat bangkrut karena manipulasi puas paruh akhir abad ke-18, VOC telah menindas sangat jati di Jawa dan meninggalkan kapling alas yang rusak parah. Ini bukanlah kebinasaan secara meluas nan terakhir n domestik sejarah pangan jati di Pulau Jawa. Pemerintah Kolonial Hindia Belanda mengambil alih pikulan jawab VOC dan —terpincut oleh kebutuhan kayu safi laksana bahan baku industri kapal di Belanda saat itu— berniat mengembalikan alas murni Jawa seperti semula. Gubernur Jenderal Willem Daendels 1808-1811 lantas mendirikan organisasi pertama bikin pengurusan hutan jati Jawa; tetap dengan memanfaatkan blandong. Pada 1847, pemerintah menanyakan dua rimbawan Jerman, Mollier dan Nemich, bikin merancang sistem budidaya hutan bagi Jawa. Pemerintah Kolonial Belanda kemudian mengidas sistem monokultur penghutanan satu macam pohon dominan usulan Mollier. Mereka menyorong sistem multikultur penanaman banyak variasi pohon ajuan Nemich. Hal ini sejalan dengan maksud menghasilkan keuntungan ekonomi bagi pemerintah kolonial saat itu. Dapat dikatakan bahwa pengelolaan rimba secara modern pertama di Indonesia berawal dari penyelenggaraan wana jati di Jawa ini. Namun, apa semata-mata yang ditata oleh pemerintah kolonial selanjutnya? Sejak pertengahan sebatas akhir abad ke-19, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menetapkan provinsi-daerah bukan persawahan dan bukan perkebunan sebagai kawasan rimba cak bagi ditanami dengan jati. Kawasan hutan minus plong medan-wadah nan kurang mewah dan curam, serta terdapat jauh dari pusat-sendi pemukiman. Sebuah undang-undang kehutanan diperkenalkan pada 1865. UU itu menghapuskan bentuk-buram kerja paksa. UU itu pun membagi tiga kawasan hutan Jawa hutan jati di bawah pengurusan negara, hutan jati tidak di sumber akar pengurusan, dan hutan rimba. Hutan rimba adalah istilah buat jenggala dengan diversifikasi tanaman terdepan selain asli. Lega 1874, terbitlah UU hijau yang mencakup penyataan domein verklaring, yaitu semua lahan —teragendakan kawasan hutan— dikuasai dan diurus makanya negara. Enam tahun kemudian, hutan-hutan produksi jati Jawa sudah dibagi menjadi 13 kawasan pangan suci’ di bawah djatibedrijf firma safi negara. Rencana firma pertama selesai dibuat pada 1890 di bawah pimpinan rimbawan Bruisma. Tujuh periode kemudian terbentuklah houtvestrij pertama, sementara yang anak bungsu baru selesai sekitar 1932. Houtvestrij merupakan pengelompokan luas lahan hutan tertentu sebagai suatu satuan perencanaan daur produksi, yaitu sejak tahap mengetanahkan pohon, ke tahap menernakkan, setakat tahap dapat memanen pohon. Kita kini mengenal houtvestrij bak KPH Keesaan Pemangkuan Jenggala. Berpindahnya pengelolaan rimba dari VOC ke tangan Pemerintah Kolonial Belanda pada selingkung 1808, tidak menjadikan jenggala nirmala lebih baik nasibnya. Sampai awal abad ke-20, eksploitasi tidak teratur dan kerusakan-fasad wana terus terjadi. Mentah plong sekitar awal abad-20 diletakkan bawah-radiks pengelolaan hutan nirmala modern pembagian atas rincih-asongan wilayah pengelolaan pangan, penataan hutan, pengaturan hasil, dan penelitian-penelitian mengenai pangan. Pengelolaan Waktu ini [sunting sunting mata air] Pascakemerdekaan, pengelolaan rimba jati di Jawa dialihkan kepada Jawatan Kehutanan. Jawatan tersebut kemudian berubah pamor menjadi PN Perusahaan Negara Perhutani pada 1963. Martabat PN itu berubah sekali lagi menjadi Perum Perusahaan Umum Perhutani sembilan perian kemudian. Pada masa kini, wana-hutan kalis terdiri atas hutan-hutan nan dikelola negara, dan alas-hutan nan dikelola oleh rakyat. Lazimnya, hutan-jenggala asli dikelola dengan pamrih bakal produksi alas produksi, dengan beberapa perkecualian. Hutan jati rakyat adalah salah satu rancangan hutan rakyat, nan rata-rata dibangun di atas petak milik dan dikelola dalam bentuk wanatani agroforest. Hutan jati yang diteres, siap ditebang, di KPH Bojonegoro Hutan jati di atas persil negara, alias yang biasa disebut kawasan jenggala negara, di Jawa pengelolaannya dilakukan makanya Perum Perhutani. Akan tetapi dengan dibangunnya berbagai macam ujana nasional dalam duapuluh tahun belakangan, sebagian hutan-jenggala jati nan berbatasan ataupun menjadi suatu kesatuan dengan daerah suaka alam, pengelolaannya diserahkan kepada pihak cagar alam yang bersangkutan. Tentu saja hutan itu kini tidak lagi untuk produksi, melainkan sebagai bagian berpangkal pangan suaka alam. Pada 2001, pemerintah meniadakan Perhutani dari rang Perum menjadi PT Kongsi Terbatas, ialah fisik usaha yang bertujuan mengejar laba. Berbagai pihak yang berkepentingan menyatakan keberatan terhadap peraturan ini, memahfuzkan pentingnya fungsi ekologis dan sosial pangan jati Jawa di samping poin ekonominya. Cak semau sekitar 20-25 juta umur, ialah seperenam jumlah warga Pulau Jawa, nan lalu di dalam dan selingkung distrik Perhutani. Jumlah orang yang tak sedikit ini paling gelimbir langsung lega kesanggupan hutan asli di Pulau Jawa. Atas pertimbangan itu juga, pemerintah mengembalikan rancangan Perhutani ibarat Perum pada 2002. Ketengan wilayah pengelolaan hutan menurut Perum Perhutani, yaitu unit kurang-bertambah setingkat dengan kawasan, keesaan pemangkuan wana KPH, setingkat kabupaten, bagian KPH BKPH, setingkat kecamatan, hingga resort pemangkuan hutan RPH, setingkat desa. Akan tetapi tidak cinta persis demikian. Misalnya, KPH Banten terdapat di sumber akar Unit III Jawa Barat, dan membentangi hutan-hutan di area Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Di samping hutan jati, Perhutani lagi mengelola jenggala-jenggala tanaman yang lain, begitu juga hutan mahoni Swietenia spp., hutan tusam Pinus merkusii, hutan kayu putih Melaleuca leucadendron, dan hutan-hutan lindung. Kehancuran alas jati di Jawa Seperti telah disebut, wana kudrati di Pulau Jawa gabungan mengalami kebinasaan parah beberapa kali. Selain plong periode VOC, rimba jati di Jawa telah dikuras sepanjang aneksasi Jepang 1942-1945. Tingkat penebangan kayu jati menjejak dua lipat jumlah pembabatan normal sebelumnya. Hasilnya, lahan seluas hektare 17% luas hutan Jawa menjadi rusak. Biro Kehutanan merehabilitasi kebinasaan lahan ini. Namun, setelah jawatan berubah menjadi PN Perhutani, masalah-masalah di lahan hutan nirmala negara di Jawa tak berkurang. Pencurian kayu, pembakaran hutan, dan penggembalaan bawah tangan terus meningkat. Penghutanan suci baru lagi semakin cerbak gagal dan luas lahan tak produktif meningkat. Persil wana Perhutani malah dijarah gencar sejauh 1998-2001. Penjarahan ini telah mengakibatkan kerusakan parah. Perum Perhutani melaporkan kredit kerugian besar umpama berikut. Tahun,, Besar Kerugian Buntang Tumbuhan, Nilai intern Rupiah // Tahun 1999 Pohon, // Tahun 2000 Pohon, // Perian 2001 Pohon, // Perigi Perangkaan Perum Perhutani 1999-2003 Perum Perhutani, 2004186 Masyarakat nan hidup di dalam dan sekeliling kawasan Perhutani dianggap ikut menjarah lahan Perhutani. Sejumlah pihak, sebaliknya, bernalar bahwa penjarahan sedemikian luas tidak mungkin terjadi tanpa keterlibatan sejumlah aparat negara. Sebagian pihak enggak berpendapat bahwa penjarahan hutan Perhutani pada waktu itu bisa dimaklumi. Masyarakat desa hutan terbiasa memperoleh dana secara cepat setelah tertimpa krisis ekonomi pada 1997. Padahal, pemohon kusen jati terus meningkat dan membutuhkan kayu jati internal jumlah sangat besar. Industri mebel kayu di Jawa bilamana itu kembali sedang melesat perkembangannya. Dan, industri ini cukup banyak menggunakan jati untuk hasil produksinya. Beberapa rimbawan bahkan berpandangan bahwa penjarahan itu mencerminkan puncak penolakan antara masyarakat desa pangan dan perum. Umum desa hutan sudah lama merasa tidak lagi leluasa untuk memasuki hutan. Sementara itu umur mereka lain terpisahkan dari pemanfaatan hutan jati itu. Ketika sensor terhadap hutan negara melonggar saat krisis ekonomi menimpa Indonesia, para penjarah hutan —siapa sekali lagi mereka— memanfaatkan kesempatan. Sementara itu, pengambilan kusen dari hutan ceria di Jawa itu tak bisa diimbangi oleh kecepatan wana tulus kerjakan tumbuh berkembang. Sahaja dibutuhkan beberapa jam untuk menebang suatu pohon jati. Suatu pohon ikhlas itu membutuhkan sekurang-kurangnya belasan tahun untuk tumbuh sebelum penebangan. Kita mungkin dapat berkaca pada pengalaman India, salah satu berasal catur negara pangkal safi. Selama berkurun-kurun, India menjadi penghasil polos dan eksportir gelondongan jati terbesar di dunia. Tetapi, hutan jati liwa India kemudian mengalami tekanan dari besaran penduduk yang terus membesar. Orang-sosok India terus merambah lahan hutan jati mereka setakat luas alas kian menciut. Kini, India justru berbalik harus menjualbelikan kian dari satu juta meter kubik gawang zakiah hasil tanaman dari negara-negara Asia tak setiap tahun. India mutakadim berubah dari eksportir jati terbesar menjadi importir ceria terbesar di marcapada. Serupa dengan di India, manusia-khalayak Indonesia telah berpaling ke lahan-lahan rimba untuk memperoleh uang lelah secara mudah —baik untuk sekadar menambat roh, maupun untuk memperoleh keuntungan besar secara cepat. Namun, kehancuran hutan ternyata telah berbalik mengapalkan kerugian dan kesengsaraan berlipat plong penghuni negeri ini koteng. Intern tahun-waktu belakangan ini, bilang batu duaja, seperti abrasi tanah secara luas, banjir nan lebih besar, dan lahan rusak, semakin sering terjadi di Indonesia, termasuk di Pulau Jawa. Boleh bintang sartan, ini akibat simultan dan tak langsung berusul mengabaikan fungsi-fungsi non-ekonomis rimba. Pengelolaan rimba jati oleh masyarakat Pengelolaan rimba Indonesia sebenarnya tinggal merujuk pada sistem warisan Pemerintah Kolonial. Sistem manajemen warisan itu nan semula dikembangkan untuk hutan jati di Jawa, lebih untuk menghasilkan keuntungan bagi negara berasal penjualan hasil kusen. Hal tersebut, pada suatu sisi, menjadikan pemerintah punya wewenag lautan dalam mengatur dan mengendalikan eksploitasi hutan. Hanya pihak-pihak nan diberikan pembebasan maka dari itu pemerintah boleh memasuki dan memanfaatkan hasil wana. Galibnya, pihak-pihak tersebut kurang pada perusahaan swasta atau perusahaan negara. Pada sisi tak, masyarakat menganggap hutan merupakan khasanah bersama nasion ini. Dengan demikian, masyarakat agar boleh ikut memanfaatkan hutan secara langsung. Lebih jauh, masyarakat seharusnya mempunyai hak untuk ikut terkebat privat tata hutan. Apalagi, seandainya mereka memang lampau di privat atau sekitar jenggala, sehingga kehidupan mereka bertelingkah kontan dengan bahkan tak terpisahkan bermula keberadaan rimba. UU No. 41/1999 mengenai Kehutanan adalah salah satu upaya bagi memperbaiki sistem lama pengelolaan hutan di Indonesia. Masyarakat dinyatakan memiliki hoki, bahkan kewajiban, nan bertambah segara bagi berkujut internal penyelenggaraan hutan. Dengan ketentuan dari UU itu, dan dengan melihat pengalaman sebelumnya, Perhutani memasyarakatkan PHBM Pengelolaan Jenggala Berbasis Publik pada 2002. Di dasar teladan PHMB, Perhutani akan bekerja sama dengan masyarakat rimba dalam mengurus alas sejak merencanakan kegiatan tata hingga memanfaatkan hasil hutan. Jika ikut n kepunyaan dan mengurusi suatu lahan hutan, masyarakat karuan lebih terdorong untuk mematamatai keberlangsungan hidup hutan. Perhutani menyatakan bahwa bilang daerah sudah lalu timbrung serta dalam sistem pengelolaan ini. Contoh penerapan PHBM yang berbuntut, menurut Perhutani, dapat dilihat di daerah Blora. Saja, ada pula contoh mulai sejak pengembangan pohon jati secara mandiri di luar kawasan pangan Perhutani oleh mahajana. Pada 2005, CIFOR sebuah bodi pemeriksa kehutanan internasional berbuat jajak pendapat di sekitar setengah jumlah kabupaten yang cak semau di Pulau Jawa. Jajak pendapat memperlihatkan minat tinggi masyarakat lakukan mengembangkan huma steril rakyat. Biarpun tahun panen murni tahunan, masyarakat bersedia menanam spesies pokok kayu ini karena menganggapnya misal kerangka stok bikin tahun depan. Masyarakat Jawa memang telah lama mengenal kalis dan menghargainya dengan tahapan. Sukma kebun zakiah rakyat nan disurvei oleh CIFOR ini berkisar antara enam wulan dan 40 perian. Di sekeliling setengah dari jumlah lokasi survei, sebagian besar pepohonan jati ditanam selepas 1998, ketika Departemen Kehutanan membagi-bagikan anakan tanaman bersih secara gratis. Lihat sekali lagi [sunting sunting sumber] Jati Tectona grandis Rujukan [sunting sunting sumber] Altona, Kaki langit. 1922. Teak and Hindoos. Origin of teak in Bodjonegoro Java. Tectona, 15 457-507. Adib, Mohammad. 2015. “Think Smartly, Act Decisively, And Be Morally Noble Improving The Good Character Building In The Forest Management of Tuban Regency, East Java.” Dalam Proceeding Social Conservation Bases on Nation Character Building. Iternational Conference on Education and Social Sciences. Semarang May 13th. Kejadian. 233-242. Dah, U Saw Eh & U Shwe Baw. 2000. “Regional Teak Marketing and Trade”. N domestik Hardiyanto, Eko B. peny.. Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31- August 4, 2000. Yogyakarta Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Wilayah Asia Pasifik. Gartner, C. 1956. Country reports on teak Indonesia, FAO, Rome. pp; 49-54. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid IV. Badan Litbang Kehutanan penerj.. Jakarta Yayasan Alat angkut Alas Jaya. Kertadikara, 1992. Variabilité de quelques provenances de teck Tectona grandis, et leur aptitude à la multiplication végétative. Thèse Université de Nancy I, 355p. Lincoln, William dkk. 1989. The Encyclopedia of Wood. A Directory of Timbers and Their Special Uses. Oxford Facts on File. Lombard, Denys. 1996. Nusa Jawa Simpang Budaya. Kajian Sejarah Terpadu. Bagian II Jaringan Asia Le Carrefour Javanais. Essai d’histoire globale. II. Les réseaux asiatiques. Winarsih Arifin dkk. penerj.. Jakarta; PT Gramedia Referensi Terdahulu. Lugt, Ch. S. —. “Rekaman Penataan Hutan di Indonesia”. Dalam Hardjosoediro, Soedarsono penerj.. Cuplikan Het Boschbeheer in Nederlands Indie. Yogyakarta Bagian Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan UGM. Nandika, D. 2005. Hutan bagi Ketahanan Nasional. Surakarta Muhammadiyah University Press. Salim, H S. 2003. Dasar-Dasar Hukum Kehutanan. Edisi Revisi. Jakarta Cerah Ilmu cetak-mencetak. Peluso, The history of state forest management in colonial Java. For. Conserv. Hist. 35 65-75. Perum Perhutani. 2000. “Marketing and Trade Policy of Perum Perhutani”. Intern Hardiyanto, Eko B. peny.. Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31- August 4, 2000. Yogyakarta Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Kawasan Asia Pasifik. Simon, Hasanu. 2000. “The Evolvement of Teak Forest Management in Java, Indonesia”. Kerumahtanggaan Hardiyanto, Eko B. peny.. Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31- August 4, 2000. Yogyakarta Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Wilayah Asia Pasifik. Simon, Hasanu. 2004. Membangun Desa Wana. Kasus Dusun Sambiroto. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Simatupang, Maruli H. 2000. “Some Notes on the Origin and Establishment of Teak Forest Tectona grandis Lf. in Java, Indonesia”. Dalam Hardiyanto, Eko B. peny.. Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31- August 4, 2000. Yogyakarta Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Provinsi Asia Pasifik. Somaiya, RT. 2000. “Marketing & Trading of Plantation Teakwood in India”. Dalam Hardiyanto, Eko B. peny.. Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31- August 4, 2000. Yogyakarta Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Wilayah Asia Pasifik. Suharisno. 2000. “Role and Prospect Teak Plantation in Rural Areas of Ardi Kidul, Yogyakarta”. Intern Hardiyanto, Eko B. peny.. Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31- August 4, 2000. Yogyakarta Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Wilayah Asia Pasifik. Suseno, Oemi Hani’in. 2000. “The History of Teak Silviculture in Indonesia”. Intern Hardiyanto, Eko B. peny.. Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31- August 4, 2000. Yogyakarta Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Wilayah Asia Pasifik. Whitten, T., Soeriaatmadja, Affiff, 1999. Ilmu lingkungan Jawa dan Bali. Hlm. 183 & 591.
Jenis-Jenis HutanJenis-Jenis Hutan Di Dunia Dan Karakteristiknya – Jika mendengar kata hutan, pasti yang terlintas di pikiran adalah kumpulan pohon-pohon besar yang sangat luas. Namun, ternyata ada juga hutan yang hanya berupa padang rumput. Nah, untuk mengetahui apa saja jenis-jenis hutan, silahakan simak pembahasan berikut HutanHutan adalah suatu lahan yang cukup luas yang didominasi oleh kumpulan pepohonan dan tumbuhan dan membentuk sebuah kesatuan ekosistem di dalamnya. Hutan dapat terbentuk berdasarkan letak georafis di berbagai belahan dunia, seperti daerah tropis, daerah iklim dingin, dataran rendah, dataran tinggi, dan juga di daerah pesisir suatu ekosistem yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, hutan ternyata menyimpan berbagai jenis sumber daya alam yang bermanfaat bagi kehidupan manfaat hutan yaitu sebagai sumber penghasil kayu, tempat budi daya, lahan pertanian, penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat kehidupan flora dan fauna, dan berperan penting dalam mencegah pemanasan temperatur suhu dan permukaan bumi yang tidak rata, menjadikan setiap wilayah memiliki jenis hutan yang berbeda-beda. Berikut akan diuraikan jenis-jenis hutan berdasarkan tanaman, manfaat, pengaruh iklim, dan letak Hutan Berdasarkan TanamannyaBerdasarakan tanamannya, hutan dibedakan menjadi1. Hutan HomogenHutan homogen adalah hutan yang ditumbuhi hanya satu jenis pepohonan. Contoh hutan homogen yaitu hutan jati, hutan pinus, hutan bambu, dan hutan Hutan HeterogenHutan heterogen adalah hutan yang ditumbuhi oleh berbagai macam jenis pepohonan, baik pepohonan kecil maupun pepohonan besar. Contoh hutan heterogen yang ada di Indonesian yaitu hutan hujan tropis yang berada di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Hutan Berdasarkan ManfaatannyaBerdasarakan manfaatnya, hutan dibedakan menjadi1. Hutan ProduksiHutan produksi adalah hutan yang dimanfaatkan hasilnya untuk kegiatan produksi. Hutan ini dikelola melalui sistem Hak Pengusahaan Hutan HPH, baik pihak negara BUMN maupun pihak swasta. Contoh hutan produksi yaitu hutan-hutan kayu yang dimanfaatkan untuk Hutan LindungHutan lindung adalah hutan yang memiliki fungsi sebagai perlindungan sistem penyanggah kehidupan. Misalnya hutan-hutan yang difungsikan khusus untuk mencegah banjir, mengatur tata air, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan menjaga kesuburan Hutan WisataHutan Wisata adalah hutan yang khusus dimanfaatkan sebagai objek wisata. Tujuan dari adanya hutan wisata yaitu sebagai tempat rekreasi bagi para wisatawan karena keindahan alam dan kesejukan udaranya. Salah satu contoh hutan wisata yang ada di Indonesia adalah Kebun Raya Hutan Suaka AlamHutan suaka alam adalah hutan yang masih alami yang digunakan sebagai perlindungan dan pelestarian flora dan fauna yang hampir punah. Tujuan dari hutan suaka alam ini yaitu agar habitat yang ada di dalamnya dapat berkembang biak pada ekosistemnya. Contoh hutan suaka alam yaitu hutan ujung kulon yang merupakan tempat perlindungan badak bercula Hutan Berdasarkan Pengaruh IklimBerdasarakan pengaruh iklimnya, hutan dibedakan menjadi1. Hutan Hujan TropisHutan hujan tropis adalah hutan yang tumbuh di sekitar garis khatulistiwa. Hutan ini memiliki suhu udara dan curah hujan yang tinggi di sepanjang tahunnya. Hutan hujan tropis juga dikenal sebagai hutan heterogen, karena di dalam hutan ini biasanya terdiri dari berbagai macam tumbuhan. Contoh hutan hujan tropis yang ada Di Indonesia yaitu hutan-hutan yang terdapat di Pulau Sumatera, kalimantan dan Irian Hutan MusimHutan musim adalah hutan yang terletak di wilayah yang mengalami perubahan musim hujan dan musim kemarau secara jelas. Pepohonan yang ada di dalam hutan musim ini biasanya memiliki jenis hutan homogen satu jenis tumbuhan. Contoh hutan musim yang ada di Indonesia yaitu hutan jati, hutan karet, dan hutan bambu yang ada di daerah Jawa Tengah dan Jawa Sabana dan SteppaSabana dan stepa adalah hutan yang terletak di daerah yang memiliki curah hujan rendah atau sedikit. Sabana itu sendiri merupakan padang rumput yang diselingi oleh semak belukar, sedangkan steppa adalah padang rumput yang sangat luas. Di Indonesia, sabana dan steppa banyak ditemukan di daerah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tengga Hutan Berdasarkan Letak GeografisBerdasarakan letak geografisnya, hutan dibedakan menjadi1. Hutan TropikaHutan tropika adalah hutan yang berada di wilayah tropis, yaitu daerah yang dekat dengan khatulistiwa. Wilayah ini memiliki curah hujan yang tinggi dan matahari dapat bersinar sepanjang tahun, sehingga mengakibatkan hutan tropika sangat lebat. Fungsi utama dari hutan tropika yaitu sebagai paru-paru dunia dan menjaga keseimbangan suhu dan Hutan TemperateHutan temperate sering disebut juga sebagai hutan gugur, yaitu hutan yang terletak di daerah subtropis yang memiliki empat musim sepanjang tahun. Tumbuhan yang berada di dalam hutan temperate ini akan menggugurkan daunnya di musim dingin. Kemudian pada musim semi hingga musim panas akan tumbuh Hutan BorealHutan boreal atau hutan taiga adalah hutan yang terletak di daerah lingkaran kutub. Hutan ini terhampar di daerah yang memiliki musim panas yang pendek dan musim dingin yang panjang, sehingga pepohonan yang tumbuh memiliki ciri khas bentuk daun yang meruncing. Hutan boreal ini merupakan hutan terluas diurutan kedua setelah hutan Hutan PantaiHutan adalah hutan yang terletak di daerah pantai. Tumbuhan yang tumbuh di hutan pantai adalah tumbuhan bakau hutan mangrove. Tumbuhan tersebut memilik akar napas yang menjalar ke permukaan air yang berfungsi untuk mengurangi penguapan. Hutan bakau ini banyak dijumpai di perairan yang tenang, seperti di pantai Sumatera bagian Timur, pantai Kalimantan bagian Selatan dan pantai Irian Hutan GambutHutan gambut adalah hutan yang tumbuh di daerah dataran rendah yang memiliki lahan basah. Hamparan lahan hutan pada hutan gambut terbentuk dari akumulasi bahan organik yang berasal dari sisa reruntuhan vegetasi dalam kurun waktu yang lama. Di Indonesia, hutan gambut ini banyak dijumpai di daerah Kalimantan, Sumatera dan Papua Hutan Dataran RendahHutan dataran rendah adalah hutan yang terletak di daerah dataran rendah yang memiliki ketinggian 0 sampai 1200 m dari permukaan laut. Hutan hujan tropis di Indonesia yang berada di daerah Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan termasuk dalam hutan dataran Hutan Pegunungan RendahHutan pegunungan rendah adalah hutan yang terletak pada ketinggian antara hingga m dari permukaan laut. Jenis hutan ini banyak memberikan manfaat bagi kehidupan yang berada di sekitar pegunungan rendah tersebut, seperti mencegah tanah longsor dan sebagai tatanan Hutan Pegunungan AtasHutan pegunungan atas adalah hutan yang tereletak di daerah yang memiliki ketinggian m di atas permukaan air laut. Karena letaknya yang begitu tinggi, biasanya jenis hutan ini dimanfaatkan sebagai hutan cagar alam dan hutan wisata pembahasan mengenai jenis-jenis hutan di dunia dan karakteristiknya masing-masing. Semoga bermanfaat.
Myanmar termasuk salah satu negara yang memiliki wilayah daratan yang sangat luas di Asia Tenggara. Sebagian besar dari wilayah Myanmar didominasi oleh daerah hutan hujan tropis, pegunungan, pesisir pantai dan masih banyak lagi. Dengan begitu, dapat dipastikan jika Myanmar menyimpan banyak sekali kekayaan fauna yang unik sekaligus langka yang tersebar di beberapa dari spesies hewan yang memiliki sifat bersahabat, pemalu, agresif hingga dapat membahayakan nyawa manusia. Inilah lima hewan endemik yang berhabitat di Myanmar dilansir dari laman Burmaboating dan A-Z-animals, sebagai berikut1. The dusky dusky langur sering juga disebut dengan julukan spectacled leaf monkey dikarenakan mereka memiliki lingkaran putih di sekitar matanya. Dilansir dari laman Burmaboating, primata ini berhabitat di daerah hutan lebat yang tersebar di wilayah Myanmar. The dusky langur termasuk hewan yang sangat suka hidup berkelompok di alam liar dimana dalam satu kelompok terdiri dari 20 individu yang didominasi oleh sang merupakan hewan dengan sifat teritorial yang akan mempertahankan wilayah kekuasaannya dari dusky langur lainnya. Di habitat aslinya hewan ini sering mengeluarkan suara teriakan yang sangat dari dugong hanya dapat ditemukan di beberapa negara di benua Asia termasuk Myanmar. Hewan mamalia air berbentuk lucu ini secara mengejutkan memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan gajah. Mereka suka berkeliaran di dekat pantai serta teluk dengan permukaan yang luas dan tidak terlalu dalam. Selain itu, dugong tekadang juga terlihat di perairan bentuk penampilan fisik, dugong mempunyai panjang tubuh 3 hingga 4 meter dengan bobot maksimal hingga setengah ton. Nama dari dugong sendiri berasal dari bahasa melayu yang memiliki arti nyonya laut. Baca Juga Viral, Video 4 Pemuda Siksa Simpai Hewan Endemik Pulau Sumatra 3. Lesser mouse mouse deer banyak ditemukan di wilayah kepulauan Merguir. Hewan yang dikenal dengan nama ilmiah tragulus kanchil lampensis ini, dinobatkan sebagai mamalia berkuku kaki terkecil di dunia. Seekor lesser mouse dewasa hanya mempunyai panjang tubuh 45 sentimeter dan berat 2 kilogram. Populasi dari mereka sekarang masih sangat stabil di habitat aslinya yang hidup berdampingan dengan beberapa hewan lainnya seperti musang, babi, kadal dan masih banyak lagi. Akan tetapi, lesser mouse deer menjadi hewan yang paling sering diburu oleh Crested kepulauan Mergui di Myanmar menyimpan banyak sekali spesies burung yang unik dan langka. Salah satu spesies burung memesona yang hidup di wilayah Mergui adalah crested partridge yang memiliki bentuk jambul yang indah. Mereka biasa membuat sarang di tanah di bawah tumpukan daun. Crested partridge jantan dan betina memiliki penampilan yang sangat berbeda dimana betina memiliki bulu tubuh berwarna hijau sedangkan jantan berwarna hitam. Saat ada menghampiri mereka, hewan ini lebih memilih untuk menghindar dengan cara berlari atau Indochinese spitting spitting cobra masuk dalam daftar hewan paling berbahaya dan mematikan di Myanmar. Dilansir dari laman A-Z-animals, spesies ular ini banyak hidup di wilayah bagian timur Myanmar. Salah satu kemampuan unik dari indochinese spitting cobra adalah mereka dapat menembakan atau memercikan racunnya dari beberapa meter hingga tepat pada sasarannya. Jika racun tersebut mengenai mata dari korbannya maka akan berakibat mengalami gangguan penglihatan bahkan kebutaan. Selain itu, gigitan dari ular ini mampu mematikan jaringan saraf hingga berujung itulah beberapa spesies hewan endemik yang bisa kamu jumpai di wilayah Myanmar. dibutuhkan usaha yang ekstra untuk dapat menemukan salah satu hewan di atas di alam liar. Baca Juga 5 Satwa Endemik Unik di Wilayah Thailand, Eksotis! IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
jenis hutan yang dapat dijumpai di negara myanmar yaitu